Di tahun 2016 ini usia aku 38 tahun,
Aku bersyukur banget karena alhamdulillah keluargaku masih komplit dan diberi kesehatan dari Allah (imbas setelah menjenguk teman yang usia 43 masuk ICU gara-gara stroke dan harapan hidupnya tipis).
Aku bersyukur sampai usia ini masih diberi kesempatan untuk hidup dekat dengan papa mama dan melihat mereka sehat dan rukun.
Aku bersyukur punya suami yang memberi aku kebebasan mau ngapain aja (selain selingkuh tentunya), bertanggung jawab, bekerja keras, nggak pelit (walau bukan berarti bisa dapat tas baru tiap 3 bulan) dan alhamdulillah setia sampai sekarang.
Aku bersyukur karena Tuhan sayang sama aku, bisa dibilang tidak pernah dapat ujian berat (semoga terus begini) dan banyak mendapat kemudahan.
Aku bisa tetap berkarya di bidang yang aku suka (menulis 3 buku dan menjadi kontributor majalah) tanpa terbebani urusan finansial, dapat bonus bukunya laris dan dikenal orang, dan masih bisa kulakukan pekerjaanku sambil bisa mengantar jemput anak dan cukup waktu gaul dengan teman-teman.
Mungkin buat orang lain, ini biasa, tapi bagi aku hal-hal seperti ini sangat berarti.
Aku juga bersyukur walau anak tunggalku ada sedikit masalah di perihal komunikasi dan sosialisasi, tapi masih bisa diterima di sekolah biasa dan rapornya terbilang baik.
Aku juga bersyukur karena walaupun aku masih sering gaul-gaul di luar rumah tapi anakku dua hari yang lalu bilang i’m the best person in his world dan coming from him yang bisa dibilang memiliki very minor spektrum autisme, dan kini bisa berkomunikasi lumayan lancar dan very affectionate to me is just a blessing.
Bisa dibilang dua tahun ini progress-nya banyak banget, dari yang dulu sempat ditolak di sekolah sekolah, harus pakai guru khusus, sekarang bisa mandiri dan masuk sekolah favorit dengan rapor yang terbilang baik.
Hahaha mungkin gue orang yang kebanyakan bersyukur ya, tapi enak sih jadinya nggak susah buat aku bahagia.